TechnologyVtuberZatsudan
Trending

Berkat VTuber Saya Kembali Yakin Masih Ada Konten YouTube Berkualitas

Berkat Vtuber… Sebuah Awal Mula

Sekitar tahun 2010-an keberadaan YouTube mulai menjadi sorotan karena berbagai keunggulan dan kemudahannya dianggap bisa menggeser dominasi televisi. Banyak orang berharap, dan percaya bahwa YouTube adalah platform di mana pada akhirnya kendali atas konten hiburan kembali ke tangan khalayak, di mana mereka akhirnya bisa terbebas dari carut-marut birokrasi industri televisi, kapitalisasi dan komodifikasi yang bersifat sangat eksploitatif dan sarat akan agenda kepentingan. Pada tahun 2016 bahkan sebagian musisi dan YouTuber Indonesia menggaungkan sebuah pesan dengan lantang, bahwa “Youtube-Youtube-Youtube lebih dari TV Boom!”. Pesan tersebut seakan menggaungkan kembali keyakinan bahwa memang YouTube adalah masa depan di mana industri konten dan media akan menjadi lebih baik.

Namun nyatanya, anggapan tersebut rasanya hanyalah angan-angan belaka. Faktanya kini YouTube tidak jauh lebih beda dan tidak jauh lebih baik dari TV. Kini YouTube dipenuhi dengan konten bombastis, sensasional, missleading, dan clickbait di mana para kreatornya berlomba-lomba meraup view sebanyak-banyaknya. Bukannya tanpa alasan, view di YouTube bisa dikonversi menjadi pundi-pundi harta baik melalui pendapatan AdSense maupun penjualan traffic tinggi untuk kepentingan pengiklan yang berniat melakukan endorsement dan product placement. Tidak hanya kontennya yang sudah tidak jauh berbeda dari TV, bahkan kini jalur operasional para kreator YouTube sama saja dengan kelakuan industri TV di mana semua cara dilakukan demi mendulang uang, demi rating dan cuan yang maha Esa.

(Trust me, this is a relic from the past, and we should always learn from our past mistakes)

Clutter-nya konten YouTube oleh para kreator yang melakukan berbagai cara demi mendulang uang membuat saya sempat merasa hilang kepercayaan kepada para content creator di YouTube. Mereka yang berkoar-koar bahwa YouTube bisa lebih baik dari TV, faktanya malah seakan-akan menjadi industri TV itu sendiri hanya saja dalam skala personal. Pada masa-masa itu saya hanya menggunakan YouTube murni hanya untuk menonton sambil mendengarkan video musik saja. Saya merasa bahwa YouTube sudah tidak bisa diselamatkan, tidak ada lagi konten berbobot dan berkualitas di Youtube. Setidaknya, itu yang saya pikirkan sebelum saya bertemu dengan spesies baru bernama Virtual YouTuber.

pameran vtuber indonesia
Perkenalan Vtuber diluar Jepang

Disclaimer mengenai konten berkualitas

Sebelum melanjutkan lebih jauh, saya ingin memberikan sedikit disclaimer dulu mengenai konten berkualitas yang sebelumnya dan setelah ini akan saya terus-terus sampaikan. Pada dasarnya konten berkualitas itu tidak hanya berasal dari sisi objektif sebuah konten tetapi juga dari pengalaman dan preferensi subjektif penikmatnya. Saya sendiri sudah memasuki masa di mana saya bisa menerima bahwa pada akhirnya semua konten itu berkualitas di pangsa pasarnya masing-masing. Begitupun dengan pembahasan yang saya angkat dalam tulisan ini anggapan mengenai konten berkualitas di benak saya sebagian besar berasal dari preferensi subjektif saya mengenai konten berkualitas adalah konten yang bisa memiliki nilai lebih dari sekedar hiburan semata, unik secara ide, dan menarik secara eksekusi. Memang sih batasan “unik” dan “menarik” ini akan jauh lebih subjektif tetapi saya akan berusaha sebisanya menyampaikan kenapa berkat VTuber kepercayaan saya akan konten berkualitas di YouTube kembali pulih.

Munculnya konten kedaerahan dalam skena VTuber lokal

Awalnya saya mengira bahwa VTuber lokal adalah konten kreator yang lebih banyak membuat konten ditujukan untuk pangsa pasar penggemar anime otaku alias wibu saja. Memang sih sampai saat ini bisa dibilang sebagian besar VTuber lokal berfokus ke sana karena memang kultur VTuber sendiri berasal dari Jepang. Namun, berkat dari sekian banyaknya VTuber lokal yang aktif berkarya, saya menemukan justru ada yang membuat konten kedaerahan.

Salah satunya adalah Etna Crimson dari Nijisanji ID. Awal kemunculannya ia diperkenalkan sebagai liver Nijisanji ID yang merupakan fans seri tokusatsu seperti Kamen Rider dan Ultraman. Tidak terlalu aneh awalnya saya kira karena memang personality seperti itu cukup menarik sebagian pangsa pasar pecinta Jejepangan. Namun ternyata selain sebagai fans tokusatsu ia juga dikenal sebagai VTuber yang sangat kental dalam berbahasa Jawa.

Dalam beberapa kesempatan Etna melakukan karaoke stream. Umumnya sih VTuber melakukan karaoke stream menyanyikan beberapa lagu Jepang baik itu anisong atau beberapa lagu yang digadang-gadang sebagai “lagu meta populer” dalam skena VTuber seperti King, Ussewa, dan sebagainya. Namun untuk kasus Etna, selain melakukan stream lagu berbahasa Jepang ia juga kerap kali melakukan stream menyanyikan lagu berbahasa Jawa, atau yang lebih sering disebut sebagai campur sari.

Baca juga: Berkenalan dengan “VTuber” dan serba-serbinya di Indonesia

Bahkan Etna juga sempat merilis video cover menyanyikan salah satu tembang berbahasa Jawa di channelnya. Entah kenapa konten seperti ini terasa sangat “tidak biasa”, melihat karakter gadis perempuan bergaya anime yang mirip dengan karakter Genshin Impact tetapi malah melantunkan lagu Dalan Liyane dari Hendra Kumbara. Hal ini membuat para fansnya sudah terbiasa untuk aktif di chat menggunakan bahasa Jawa ketika ia sedang live. Bahkan dalam satu kesempatan Etna pernah melakukan stream mencoba menjadi sinden.

Mungkin kesukaan saya akan konten dari Etna ini bisa dibilang sebagai bias karena memang saya memiliki garis keturunan dari Jawa. Namun terlepas dari bias itu, jujur, melihat Etna menyanyikan beberapa tembang bahasa Jawa itu menarik karena ia bisa mengenalkan “kearifan lokal” kepada penontonnya yang notabene wibu, yang sering kali dianggap lupa akan budaya negeri sendiri. Sebagai seorang liver dari Nijisanji cabang ID, Etna juga memiliki penonton dari luar negeri dan dalam beberapa kesempatan penonton dari luar negeri merasa kagum akan keindahan lantunan suara Etna yang menyanyi dalam bahasa Jawa, meski mereka tidak terlalu mengerti apa artinya.

Selain Etna Crimson, beberapa VTuber lokal lainnya yang sering melakukan stream dengan bahasa daerah adalah Siska Leontyne dan Riksa Dhirendra dengan bahasa Sunda, Miyu Ottavia dengan bahasa Betawi yang sangat nyablak (dan terkadang rasanya seperti menonton pemeran lenong), dan Nara Haramaung dengan bahasa Banjar. Bisa dibilang memang liver dari Nijisanji ID banyak yang sering melakukan stream dan berinteraksi dengan menggunakan bahasa daerah. Konten seperti ini yang menurut saya harus banyak di highlight dan banyak dibuat karena bisa menjadi agen untuk semakin memasyarakatkan local wisdom melalui media baru.

Pavolia Reine dan niat tulusnya mengajarkan bahasa Indonesia kepada VTuber asal luar negeri

Konten lain yang menurut saya turut membuat saya yakin bahwa masih ada konten bagus dan berkualitas di YouTube adalah stream rutin kelas bahasa Indonesia dari Pavolia Reine. Alasannya masih mirip dengan konten sebelumnya di mana saya tidak menyangka bahwa VTuber bisa menjadi media untuk mengangkat local wisdom ke kancah yang lebih luas, dalam konteks Reine adalah mengenalkan bahasa Indonesia kepada penonton global. Tidak hanya itu, ia juga turut aktif mengenalkan bahasa Indonesia kepada teman-temannya sesama VTuber hololive yang berasal dari luar Indonesia.

Dalam setiap stream kelas bahasa Indonesia miliknya Reine akan mengundang VTuber dari hololive cabang Jepang untuk belajar berbahasa Indonesia. Cara pembawaan Reine dalam sesi stream ini sangatlah menarik, karena memang Reine sendiri fasih berbahasa Jepang, ia mampu mengajarkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia disertai dengan konteks yang bisa ia sesuaikan dengan teman yang sedang ia ajarkan. Kemudian karena stream ini bersifat sebagai collaboration stream dengan member hololive Jepang yang sudah memiliki fansnya sendiri, secara tidak langsung Reine juga mengajarkan bahasa Indonesia kepada penonton dari Jepang yang menjadi fans VTuber yang berkolaborasi bersamanya.

Berkat sesi stream belajar bahasa Indonesia yang dilakukan bersamanya sebagai vtuber, tidak jarang setelahnya para member hololive asal Jepang ikut berinteraksi dengan member hololive Indonesia di Twitter dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam konteks ini Reine bisa dibilang sudah tidak lagi menjadi sekadar talent tetapi juga sebagai “jembatan” bagi hololive Jepang ataupun nanti hololive English untuk berinteraksi dengan anggota hololive Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai agensi yang sudah bertaraf multinasional, saya rasa hal-hal seperti ini sangat penting untuk bisa menunjukan bahwa masing-masing talent dari masing-masing cabang tidak terlihat terlalu terkotak-kotak.

Baca juga: Hololive Project, Informasi dalam Kulit Kacang

Jujur saja saat awal mendengar kabar bahwa hololive dan Nijisanji akan membuka cabang ke Indonesia, hal yang terlintas di benak saya adalah adanya kesempatan untuk mengenalkan bahasa dan budaya dari Indonesia kepada masyarakat global (atau setidaknya kepada penonton dan VTuber dari Jepang). Hal itu pun terwujud dalam bentuk Etna dan teman-temannya di Nijisanji yang aktif berbahasa daerah dan juga Reine yang aktif mengajarkan bahasa Indonesia. Tidak disangka-sangka VTuber bisa menjadi agen untuk mempromosikan Indonesia ke dalam kancah global.

Kureiji Ollie dan stream matematika

Satu lagi talent dari hololive Indonesia yang menurut saya memiliki konten yang sangat tidak biasa sampai-sampai membuat saya yakin bahwa YouTube masih memiliki konten berkualitas adalah Kureiji Ollie. Anggota hololive ID ini pertama debut memperkenalkan diri sebagai Idol yang bangkit dari kematian (technically dia adalah mayat hidup, alias zombie). Stream-streamnya pun awalnya tidak terasa terlalu aneh karena ia melakukan rutinitas stream seperti VTuber pada umumnya. Sampai di tanggal 28 Mei 2021 ketika ia untuk pertama kalinya melakukan stream mengajarkan kelas matematika.

Dalam streamnya tersebut Ollie membedah sekaligus memberi penjelasan mengenai berbagai persoalan matematika yang biasa dibilang cukup rumit. Lebih mengejutkannya lagi, Ollie benar-benar menjelaskan semua hal rumit tersebut dengan sangat fasih, rasanya seperti Matematika adalah bahasa kedua untuknya. Sebagai seorang VTuber pembawaannya juga sangat menarik, benar-benar membuat penonton bisa memahami berbagai persoalan matematika rumit berkat kemampuannya.

Kemudian pada tanggal 14 Juni 2021, lagi-lagi secara mengejutkan Kureiji Ollie mengadakan stream yang jauh lebih tidak biasa lagi yaitu menuliskan angka desimal dari bilangan pi. Dalam matematika pi dikenal sebagai bilangan pecahan tak berujung yang tidak memiliki pola, dan biasanya ditulis dan disederhanakan hanya sebagai 3,14 atau dalam beberapa kasus 22/7. Selama sekitar 1 jam 23 menit 43 detik Ollie menuliskan seluruh bilangan desimal pi dan menyebutkannya satu per satu.

Baca juga: Hoshimachi Suisei, Virtual Idol Serba Bisa dari Hololive

Melihat dua stream ini saya terpikir bahwa sebenarnya sangat besar potensi untuk hololive ID bisa berkolaborasi entah dengan Ruangguru atau lembaga bimbel online sejenis, atau bahkan dengan, Kemendikbudristek RI. Mengingat saat tulisan ini dibuat suasana Indonesia masih dilanda pandemi dan pembelajaran masih dilakukan secara online, bayangkan jika ada sesi pembelajaran online matematika dengan Kureiji Ollie sebagai pematerinya. Sebagai seorang VTuber yang memang terbiasa menghibur penontonnya, dan pembawaannya yang menarik, Ollie bisa membawakan materi pelajaran untuk murid sekolah di Indonesia dengan cara yang efektif, menarik, dan tentu saja tidak membosankan. Atau setidaknya, saya menanti kapan Kureiji Ollie berkolaborasi dengan Jerome Polin.

Dikala VTuber bertemu dengan konten keagamaan

Satu lagi konten VTuber yang benar-benar membuat saya kembali percaya bahwa masih ada konten bermutu di YouTube adalah ketika saya menemui seorang VTuber yang membuat konten keagamaan. Tidak, ini bukan bercanda dan mengada-ngada, nyatanya memang benar ada seorang VTuber yang tidak hanya melakukan stream bermain game, free talk dan karaoke tetapi melakukan stream konten dakwah keagamaan. Sungguh sebuah perpaduan yang tidak disangka-sangka.

Nama VTuber tersebut adalah Yasumu Ameka, melalui channelnya ia sering kali melakukan stream tilawah dan tafsir Al-Qur’an. Stream tersebut biasanya ia lakukan di hari Jumat, hari yang disucikan oleh para umat muslim. Selain melantunkan ayat suci Al-Qur’an secara live dan menjelaskan tafsir tiap ayatnya, terkadang ia juga melakukan stream yang menceritakan sejarah perkembangan Islam dan konten dakwah lainnya, melalui channel YouTubenya, sebagai seorang virtual YouTuber dengan desain karakter bergaya anime.

Satu hal yang membuat stream dakwah dari Yasumu Ameka terlihat begitu meyakinkan adalah cara pembawaannya yang memang terdengar seperti seorang alim ulama sungguhan, hanya saja menggunakan avatar karakter Virtual YouTuber. Berkat menonton streamnya yang bagus sebagai vtuber membuat saya merasa seperti menonton seorang ulama dari channel dakwah di televisi swasta, terlebih lagi karena suaranya yang memang sangat khas. Dalam salah satu streamnya ia sempat mengakui bahwa dirinya memang berasal dari Arab Saudi.

Tren dan kultur VTuber berasal dari Jepang dan kini sudah menjadi tren global (setidaknya di kalangan penggemar anime), mengetahui hal ini dalam setiap stream dakwah yang dilakukan oleh Yasumu Ameka ia menjelaskan konten tambahan bagi penontonnya yang berasal dari latar belakang berbeda. Ia tahu bahwa tidak semua penontonnya beragama Islam dan ia selalu memberikan konteks tambahan dan membawakan dakwahnya dengan pendekatan yang sangat halus dan lebih terlihat bersifat edukatif. Pembawaannya tersebut tidak jarang membuat penontonnya yang berasal dari latar belakang berbeda dengannya bisa memahami dan mengapresiasi apa yang ia sampaikan.

Masih banyak ruang berkreasi untuk para VTuber

Berkat pertemuan saya dengan VTuber yang membuat konten kearifan lokal, edukasi, hingga konten keagamaan benar-benar memulihkan kembali kepercayaan saya bahwa masih ada konten berkualitas di YouTube dan konten tersebut datang berkat VTuber. Hadirnya berbagai konten tersebut seakan membuka fakta bahwa sebenarnya masih banyak sekali ruang berkreasi yang bisa dijelajahi oleh para VTuber. Tidak hanya membuat konten untuk ditujukan kepada pangsa pasar niche wibu saja, VTuber juga bisa membuat konten “unik” yang berkualitas, yang bisa menjadi kesempatan bagi para VTuber tersebut untuk dikenal lebih luas oleh penonton umum.

Related Articles

Back to top button